Untuk keprluan analisa dan perhitungan maka diagram pengganti biasanya dibagi dalam tiga kelas, yaitu: (a) Kawat pendek ( <80km)>250km).
Sebenarnya klasifikasi di atas sangat kabur dan sngat relatif. Klasifikasi saluran transmisi harus didasarkan atas besar kecilnya kapasitansi ke tanah. Jadi Bila kapasitansinya kecil, dengan demikian arus bocor ke tanah kecil terhadap arus beban, maka dalam hal ini kapasitansi ke tanah dapat diabaikan, dan dinamakan kawat pendek. Tetapi bila kapasitansi sudah mulai besar sehingga tidak dapat diabaikan, tetapi belum begitu besar sekali sehingga masih dapat dianggap seperti kapasitansi terpusat (lumped capacitance), dan ini dinamakan kawat menengah. Bila kapasitansi itu besar sekali sehingga tidak mungkin lagi dianggap sebagai kapasitansi terpusat, dan harus dianggap terbagi rata sepanjang saluran, maka dalam hal ini dinamakan kawat panjang.
Telah disebutkan bahwa klasifikasi berdasarkan panjang kawat sangat kabur. Seperti diketahui makin tinggi tegangan operasi maka kemungkinan timbulnya korona sangat besar. Korona ini akan memperbesar kapasitansi, dengan demikian akan memperbesar arus bocor. Jadi ada kalanya walaupun panjang saluran hanya 50km, misalnya, dan bila tegangan kerja sangat tinggi (Tegangan Ekstra Tinggi EHV, apalagi tegangan Ultra Tinggi, UHV) makabkapasitansi relatif besar sehingga tidak mungkin lagi diabaikan walaupun panjang saluran hanya 50 km. Jadi untuk memperoleh hasil yang teliti, sebelum kita dapat menggambarkan diagram pengganti saluran transmisi, lebih baik bila dihitung terlebih dahulu kapasitansi termasuk pengaruh korona. Dalam praktek klasifikasi saluran transmisi menurut panjangnya seperti tertera diatas sudah memadai.
B. Klasifikasi Saluran Transmisi Menurut Tegangan Kerja
Di Indonesia,standar tegangan transmisi adalah : 66, 150, 380, dan 500KV, dan klasifikasi menurut tegangan ini masih belum nyata. Tetapi di negara-negara yang telah maju, terutama dalam bidang transmisi, seperti: USA, Rusia, Kanada, dimana tegangan transmisi telah mencapai harga 1000KV, maka di sana klasifikasi berdasarkan tegangan adalah: (a) Tegangan Tinggi: sampai 138 KV ; (b) Tegangan Ekstra Tinggi (Extra High Voltage, EHV) antara 220-785 KV; (c) Tegangan Extra Tinggi (Ultra High Voltage, UHV) di atas tegangan 765 KV.
C. Klasifikasi Berdasarkan Fungsinya Dalam Operasi
Berdasarkan Fungsinya dalam operasi, saluran transmisi sering diberi nama: (a) transmisi : yang menyalurkan daya besar dari pusat-pusat pembangkit ke daerah beban, atau antara dua atau lebih sistem. Yang terakhir ini disebut juga sebagai saluran interkoneksi atau "tie-line" ; (b) sub-transmisi: sub-transmisi ini biasanya adalah transmisi percabangan dari saluran yang tinggi ke saluran yang lebih rendah; (c) distribusi : Di Indonesia telah ditetapkan bahwa tegangan distribusi adalah 20 KV.
Di Indonesia,standar tegangan transmisi adalah : 66, 150, 380, dan 500KV, dan klasifikasi menurut tegangan ini masih belum nyata. Tetapi di negara-negara yang telah maju, terutama dalam bidang transmisi, seperti: USA, Rusia, Kanada, dimana tegangan transmisi telah mencapai harga 1000KV, maka di sana klasifikasi berdasarkan tegangan adalah: (a) Tegangan Tinggi: sampai 138 KV ; (b) Tegangan Ekstra Tinggi (Extra High Voltage, EHV) antara 220-785 KV; (c) Tegangan Extra Tinggi (Ultra High Voltage, UHV) di atas tegangan 765 KV.
C. Klasifikasi Berdasarkan Fungsinya Dalam Operasi
Berdasarkan Fungsinya dalam operasi, saluran transmisi sering diberi nama: (a) transmisi : yang menyalurkan daya besar dari pusat-pusat pembangkit ke daerah beban, atau antara dua atau lebih sistem. Yang terakhir ini disebut juga sebagai saluran interkoneksi atau "tie-line" ; (b) sub-transmisi: sub-transmisi ini biasanya adalah transmisi percabangan dari saluran yang tinggi ke saluran yang lebih rendah; (c) distribusi : Di Indonesia telah ditetapkan bahwa tegangan distribusi adalah 20 KV.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar